Mahasiswa UI Depok Ajak Gen Z Lestarikan Budaya Betawi Lewat Cultural Festival

AKURAT News- Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok Program Studi Bisnis Kreatif mengajak para Gen Z untuk turut lestarikan budaya Betawi dengan menggelar acara spektakuler bertajuk Cultural Festival di kawasan Situs Budaya Betawi, Situ Babakan, Jakarta Selatan pada 7 September 2024.

Acara itu berfokus pada pelestarian salah satu warisan budaya Betawi seperti, alat musik Tanjidor serta menitik beratkan pada kaum Gen Z yang juga untuk menghidupkan kembali kesenian budaya asli betawi yang semakin jarang dimainkan oleh para generasi muda atau Gen Z.

Gelaran Cultural Festival itu juga mengusung kolaborasi unik antara musik Tanjidor dan Electronic Dance Music atau EDM. Moment itu berhasil memukau audiens, terutama dari kalangan Generasi Z.

Acara yang diinisiasi Dosen Program Studi Bisnis Kreatif Universitas Indonesia, Hasyim Asy'ari tersebut, merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat bertujuan melestarikan budaya Betawi melalui inovasi.

" Pelestarian budaya tidak hanya tentang menjaga sejarah, tetapi juga bagaimana memperkenalkannya kepada generasi muda dengan cara yang relevan”, ujar Hasyim Senin, 9 September 2024.

Lantaran itu, kata Hasyim, pihaknya ingin generasi muda mengenal dan mencintai warisan budaya mereka. " Acara ini bukan hanya pengenalan musik Tanjidor, tetapi juga langkah pertama dalam memadukan tradisi dengan modernitas agar budaya Betawi tetap hidup dan berkembang," katanya.

Hasyim menuturkan, workshop Tanjidor bertujuan untuk para generasi Z bisa lebih dekat mengenal sebuah warisan budaya asal  betawi. Acara itu diawali dengan workshop interaktif yang diperuntukkan bagi generasi Z.

Moment itu, para peserta sebagian besar merupakan pelajar dan mahasiswa yang dikenalkan dengan sejarah panjang musik Tanjidor dan cara memainkan alat-alat musik tradisionalnya.

Beberapa pemain Tanjidor dari Pusaka Tiga Saudara berbagi pengalaman mereka dalam menjaga tradisi musik tradisional di tengah perubahan zaman. "Melalui sesi ini, generasi muda dapat melihat langsung bagaimana musik Tanjidor dimainkan dan mengapa penting untuk melestarikannya ", imbuh Hasyim.

Penampilan musik Tanjidor tersebut, lanjutnya, dimainkan oleh kelompok musik tradisional Tanjidor dari grup “Pusaka Tiga Saudara” yang merupakan kelompok musik tradisional Tanjidor yang telah lama eksis di tengah masyarakat Betawi.

Kelompok musik tradisional Tanjidor yang dimainkan oleh 11 musisi dinilai cukup piawai dalam bermain musik Tanjidor antara lain seperti, Rafli Gunawan (Trumpet 1), Riding (Trumpet 2), Jumaidi (Trumpet 3), Fajrin Fahrudin (Saksofon), Emin (Trombone 1), Doli (Trombone 2), Azka (Alto Horn), Ma’ah Piye (Bass Drum), Na’ih Kodon (Snare Drum), Fahri Firmansyah (cymbal) dan Andriansyah (Kenong).

Sementara itu, untuk kolaborasi musik EDM dipersembahkan oleh DJ muda berbakat, Vuai yang merupakan mahasiswa Bisnis Kreatif Universitas Indonesia.

" Peserta yang sebagian besar merupakan pelajar dan mahasiswa juga dikenalkan dengan sejarah panjang musik Tanjidor dan cara memainkan alat-alat musik tradisionalnya ", ujar Hasyim.

Ditekankan Hasyim, pentingnya program-program edukatif dan kolaboratif serupa untuk menjaga warisan budaya agar tetap hidup dan dapat dinikmati oleh generasi masa depan.

Dia juga menuturkan program Studi Bisnis Kreatif UI akan terus mengembangkan kolaborasi antara seni tradisional dan modern. Pihaknya juga berencana menyelenggarakan lebih banyak workshop tentang musik Tanjidor dan seni budaya Betawi lainnya, sekaligus memperluas jangkauan festival seni budaya ke lebih banyak kampus dan komunitas.

Hasyim juga berharap bahwa acara ini bisa menjadi inspirasi bagi seniman dan komunitas lokal lainnya untuk melakukan hal serupa, sehingga upaya pelestarian budaya tidak hanya berhenti di satu titik, tetapi berkembang menjadi gerakan yang lebih luas.

Dengan terselenggaranya acara ini, diharapkan musik Tanjidor tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu, tetapi terus hidup dan berkembang di masa depan.

Kolaborasi dengan musik EDM adalah bukti bahwa seni tradisional bisa tetap relevan jika diadaptasi dan diperkenalkan dengan cara yang tepat kepada generasi muda.

Cultural Festival yang diselenggarakan oleh Program Studi Bisnis Kreatif UI tersebut bukan hanya sebuah perayaan seni dan budaya, tetapi juga langkah strategis untuk memastikan bahwa musik Tanjidor akan terus berdentang di tengah arus modernisasi.

" Melalui upaya pelestarian ini, diharapkan musik Tanjidor dapat tetap hidup dan menjadi bagian penting dari identitas budaya Betawi yang kaya dan beragam ", pungkas Hasyim.

Kesempatan itu, beberapa pemain Tanjidor dari Pusaka Tiga Saudara berbagi pengalaman mereka dalam menjaga tradisi musik ini di tengah perubahan zaman.

Melalui sesi itu, generasi muda dapat melihat langsung bagaimana musik Tanjidor dimainkan dan mengapa penting untuk melestarikannya. " Workshop ini sangat membuka mata. Saya jadi tahu bahwa alat musik tradisional ini memiliki sejarah yang panjang dan ternyata memainkannya juga cukup menantang ", kata salah satu peserta workshop itu

" Dan ini membuat saya semakin menghargai musik Tanjidor," tambah dia.

Kolaborasi Tanjidor dan EDM Memikat Generasi Muda

Pasca workshop, di puncak acara Cultural Festival disuguhkan penampilan kolaborasi antara kelompok Tanjidor Pusaka Tiga Saudara dengan DJ Vuai. Penampilan ini memadukan alunan musik tradisional Tanjidor dengan beat dinamis dari EDM yang dimainkan Vuai.

Kolaborasi musik tersebut menciptakan suasana yang segar dan energik, memikat para penonton muda yang hadir. Alunan tiupan terompet sebagai melodi utama dan dentuman tambur khas Tanjidor berpadu dengan ritme cepat dan digital dari EDM, menciptakan harmoni baru yang menggabungkan tradisi dan modernitas.

Dalam moment itu, para audiens tampak antusias menikmati pertunjukan ini, dengan banyak dari mereka yang turut berdansa mengikuti irama.

"Kolaborasi antara Tanjidor dan EDM ini benar-benar luar biasa. Saya tidak pernah membayangkan musik tradisional bisa dinamis ini jika digabungkan dengan musik modern. Semoga acara seperti ini bisa terus berlanjut," ungkap Hotlan, seorang penonton kolaborasi musik dilokasi acara Festival tersebut.

Penampilan tersebut membuktikan bahwa musik tradisional dapat tetap relevan di era modern jika diperkenalkan dengan cara yang kreatif dan inovatif.

Usai pertunjukan, DJ Vuai menyatakan apresiasi gelaran kolaborasi dengan grup musik Tanjidor. Dia bahkan berharap pertunjukan saat ini bisa menjadi awal dari kolaborasi-kolaborasi lain yang melibatkan seni tradisional Indonesia.

Langkah Awal Pelestarian Budaya Betawi
Seluruh panitia kegiatan Cultural Festival ini berharap bahwa kegiatan ini tidak hanya berhenti pada satu kali festival, tetapi menjadi langkah awal dari upaya yang lebih besar dalam melestarikan musik Tanjidor dan budaya Betawi secara keseluruhan.

Penulis: Eko Ahdayanto
Editor:Tim Redaksi

Baca Juga